Kelas Inspirasi Makassar telah selesai. Semangat turun tangan langsung masih sangat hangat dirasakan pada kota ini. Orang-orang yang mendaftar seakan tidak ingin berhenti begitu saja pada tanggal 28 Maret. Tanggal pelaksanaan Hari Inspirasi di Makassar. Mereka mengatakan, “satu hari rasanya tidak cukup untuk menginspirasi”. Sempat saya mendengarkan secara langsung 1-2 orang relawan pengajar mengatakan hal ini. Kerja-kerja sosial memang memiliki rasa candu tersendiri. Mencutikan diri dari pekerjaan, mengajak anak-anak untuk mengejar mimpi dan cita-citanya. Iya, ini tugas mulia yang dipilih oleh mereka, orang-orang yang diberi panggilan relawan pengajar. Mendokumentasikan kegiatan, menjadi saksi dan menyebarkan berita gembira melalui gambarnya, bahwa telah lahir calon profesional-profesional muda di sekolah. Iya, ini adalah peran seorang relawan fotografer dan videografer. Mereka diberikan title relawan karena bergerak tanpa ada harapan timbal balik yang akan di berikan. Turun tangan karena tulus, peduli dengan pendidikan yang ada.
Rasanya baru kemarin saya mendapatkan email tentang Kelas Inspirasi. Pengenalan Kelas Inspirasi melalui file berformat PDF. Ini kiriman dari seorang yang baru kukenal melalui twitter. Mereka adalah orang-orang yang mulai merintis program Indonesia Mengajar pada kota ini, Makassar. Hingga akhirnya saya mulai memutuskan pilihan untuk bergabung bersama mereka. Saya memutuskan untuk ikut turun tangan langsung bersama belasan orang yang saya temui selama dua minggu awal ini.
Di dua minggu awal, kopdar masih mudah memilih tempat. Jumlah kita masih sedikit, sehingga masih mudah untuk berada di pusat keramaian untuk membahas Kelas Inspirasi dengan bersama-sama. Meskipun tak pernah lengkap orang-orang yang hadir, kami tetap melaksanakan kopdar di tempat-tempat yang telah disepakati bersama. Lebih sering dilaksanakan di akhir pekan. Alasannya sederhana, disaat akhir pekan, kantor dan kampus sedang libur. Waktu untuk keluarga sedikit tersisihkan. Beberapa diantara mereka memang lebih sering menghabiskan waktu akhir pekannya bersama keluarga, saya juga salah satunya yang menerapkan pembagian waktu seperti ini. Tapi inilah konsekuensi dari pilihan mereka. Setiap pilihan akan menghasilkan konsekuensi. Kita sadar dengan pilihan yang kita ambil. Pilihan untuk mengabdi pada pendidikan, menjadi jembatan antara profesional dan anak-anak di sekolah. Inilah pilihan mereka. Pilihan yang kita yakini akan berbuah manis kedepannya.
Setiap minggu kita mulai melakukan sosialisasi Kelas Inspirasi. Hadir di tengah pusat keramaian. Teman-teman yang bergabung mulai bertambah satu persatu. Kami tidak menyebut nominal belasan lagi jika kopdar. Kami mulai bingung mencari tempat untuk kopdar dengan jumlah seperti ini. Ini adalah perkembangan positif bagi sebuah gerakan yang masih baru.
Hingga pada akhirnya di dua minggu menjelang Hari Briefing Kelas Inspirasi Makassar, kami memutuskan untuk kopdar di tempat yang lebih luas, Balla lompoa (rumah besar) namanya. Salah satu tempat wisata budaya yang memiliki taman dan tempat yang luas. Jumlah yang hadir siang itu mencapai angka 40-an orang. Mereka seperti sosok yang mampu “membelah diri” dalam waktu dekat.
Sekarang, tugas kita yang lain baru saja dimulai. Menjaga silahturahmi kepada sekolah-sekolah Kelas Inspirasi. Menjaga silahturahmi kepada anak-anak yang kemarin menyambut kita dengan senyuman hangat, dan sapaan “kakak” yang diberikan kepada kita. Tolong jangan lupakan mereka. Orang-orang yang telah kita datangi di sekolahan. Jangan membuat mereka berpikir kalau mereka hanya di ingat dalam sesaat saja. Buatlah mereka dekat, kawan. Buat mereka merasakan hangatnya keluarga yang baru, keluarga dari bapak dan ibu yang berbeda. Mereka adik-adik kita. Jaga semangatnya untuk sekolah dan menggapai cita-citanya selalu. Salam Inspirasi untuk kita semua.
Leave a Comment