Dulu, saya senang mengutuk kegelapan. Duduk, berdiskusi, dan mengutuk kegelapan yang ada di sekitarnya bersama-sama. Dengan ditemani kopi saya selalu menghasilkan kritik destruktif, kritik yang penuh dengan kata-kata menjatuhkan tanpa adanya solusi yang diberikan. Memandang segala sudut kelemahan tanpa ada proses perbaikan. Ini gaya khas mahasiswa-lah, menurut saya.
Dulu, saya senang mengutuk kegelapan. Saya sering beranggapan, perbaikan itu bukanlah tugas saya. Sudah ada bapak-bapak diluar sana yang memiliki pakaian rapi dan di gaji untuk melakukan pekerjaannya. Kalau saya mengerjakannya, mereka akan kerja apa?
Dulu, saya sangat senang mengutuk kegelapan dan lupa menyalakan lilinnya. Perbaikan ini lah yang sering kita lupakan. Terang tidak akan ada jika kita hanya mengeluh saja. Terang tidak akan ada jika kita hanya memprotes saja. Terang tidak akan ada jika kita hanya duduk menunggu dan diam. Kita sering melupakan untuk melakukan gerakan nyata. Gerakan yang bisa terlihat hasilnya meski itu kecil sekalipun. Tidak usah berpikir kalau gerakan itu hanya menghasilkan sesuatu yang tidak seberapa. Lebih baik lakukan gerakan itu secara berulang dan perhatikan perubahannya.
Sekarang saya mulai menyalakan lilin. Saya mulai melakukan gerakan nyata, melakukan gerakan yang menjadi solusi dari kritik-kritikku dulu. Kritik tentang kondisi pendidikan dan adik-adikku yang menjadi korbannya. Mereka disana kekurangan bahan bacaan yaitu buku. Disana akses perjalanannya tidak seperti kota yang tanahnya telah berlapis aspal. Disana yang kumaksud adalah lokasi penempatan Pengajar Muda yang berada pada beberapa titik lokasi. Diantaranya berada Kabupaten Banggai, Majene dan Halmahera Selatan.
Sekarang saya telah menyalakan lilin. Melalui satu event sosial yang diadakan pada 14 Februari kemarin, saya bisa mengumpulkan 326 buah buku. Jika di kemas, semua mencapai 6 kardus ukuran sedang. Bukanlah hasil yang sedikit untuk didapatkan dalam satu hari. Kita menamakannya event #SayItWithBooks. Event yang menggunakan buku sebagai media pengekspresian rasa kasih sayang. Kali ini kasih sayangnya berbentuk buku, tidak coklat dan bunga melulu. Tentunya ini lebih awet dari coklat yang meleleh dan bunga yang mudah layu.
Sekarang saya telah menyalakan lilin. Saya telah menyalakan lilin melalui donasi buku yang terkumpul. Sekali lagi, Inilah gerakan dari jawaban kritik-kritik pendidikanku dulu. Disini tidak hanya saya saja yang berdiri. Masih banyak juga orang lain yang peduli. Saya adalah salah satu lilin dari ratusan lilin-lilin yang juga mulai menyala di kota ini. Sekarang, MAKASSAR TELAH MENYALA.
Leave a Comment