11 Tahapan Proses Pernikahan Suku Bugis Makassar – Sebelumnya kita pernah membahas tentang alasan mengapa wanita bugis Makassar harus kalian nikahi. Nah sekarang buat kalian yang sudah memantapkan hati pada wanita bugis Makassar, sebenarnya ada hal yang perlu kalian ketahui lagi.
Sama seperti halnya suku-suku yang ada di Indonesia, suku bugis Makassar juga tentu punya adat istiadat serta budaya yang dilakukan dalam tahapan untuk proses pernikahan. Yuk, kita simak satu-satu!
11 Tahapan Proses Pernikahan Suku Bugis Makassar
1. A’jangang-jangang (Ma’manu’-manu’)
Mencari tahu atau penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.
BACA JUGA: 5 Alasan Kenapa Perempuan Bugis Makassar Harus Kalian Nikahi
2. A’suro (Massuro)
Acara ini merupakan pinangan (melamar) secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.
3. A’pa’nassa (Patenre ada’)
Ada usai acara pinangan, dilakukan appa’nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang panai. Besarnya mas kawin dan uang panai ditentukan menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.
4. A’panai Leko’ Lompo (Erang-erang)
Disebut juga sirih pinang, setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A’bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa’nasa.
5. A’barumbung (Mappesau)
Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita. Biasanya dilakukan selama 3 hari.
6. Appassili Bunting (Cemme Mappepaccing) dan A’bubbu’ (Macceko)
Sebelum acara ini dilakukan, keluarga calon mempelai wanita membuatkan tempat khusus berupa gubuk siraman yang telah ditata sedemikian rupa di depan rumah atau pada tempat yang telah disepakati bersama oleh anggota keluarga. Rangkaian dari upacara ini terdiri dari appasili bunting, a’bubu, dan appakanre bunting.
Prosesi appasili bunting dilakukan sekitar pukul 09.00 – 10.00 pagi. Pemilihan waktu itu memiliki maksud agar calon mempelai wanita berada dalam kondisi yang segar bugar. Calon mempelai memakai busana yang baru/baik dan ditata sedemikian rupa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya.
Setelah berganti pakaian, calon mempelai selanjutnya didudukkan di depan pelaminan dengan berbusana Baju bodo, tope (sarung pengantin) atau lipa’ sabbe, serta assesories lainnya. Prosesi acara A’bubbu (macceko) dimulai dengan membersihkan rambut atau bulu-bulu halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis.
7. Appakanre bunting
Appakanre bunting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khas tradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru’ bayao, Sirikaya, Onde-onde/Umba-umba, Bolu peca, dan lain-lain yang telah disiapkan dan ditempatkan dalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.
8. Akkorontigi (Mappacci) atau Malam Pacar
Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing calon mempelai.
9. Assimorong (Menre’kawing)
Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makassar) atau Menre’kawing (Bugis).
10. Appa’bajikang Bunting
Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh keluarga mempelai wanita.
11. Allekka’ Bunting (Marolla)
Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut Makkasiwiang.
Itulah serangkaian acara tahap prosesi pernikahan adat suku bugis makassar. Sekali lagi, jika kalian sudah menetapkan pilihan, maka lanjutkan perjuangan kalian!
Leave a Comment